Selama ini saya
bertanya-tanya, darimana Hariono bisa 'ditemukan'. Anggota PON Jatim bukan,
geng-geng pemain Jatim juga bukan. Setau saya, pemain muda bagus di Jatim itu
pasti masuk tim PON dulu. Minimal seleksian seperti Budi Sudarsono, Juan Revi,
Bustomi, Andik, Taufik. Tiba-tiba ini ada gelandang bertahan keren yang luput
dari perhatian media. Masuk Persib, main bagus, geser posisi kapten Suwita
Patha saat itu.
Taunya emang mas Hariono ini basicnya bukan pemain bola. Usia 15 dia masih jadi kuli angkut barang Indomaret di kampungnya di Surabaya. Konon di kampungnya Hariono tergolong orang susah dan termasuk yang termiskin. Dan umur 15 dia kepaksa jadi kuli panggul buat makan sampai akhirnya disana ada juragan gila bola yang punya SSB. Bikin SSB biar pemuda-pemuda yang suka mabuk dan pengangguran diarahin buat main bola aja.
Nama kampungnya Hariono saya lupa. Tapi semacam Tulehu atau Cikajang gitu. Penghasil bibit-bibit bagus pemain bola. Uston Nawawi juga dari situ. Nah, diajaklah Hariono ini masuk SSB, suruh main bola dengan iming-iming kamu bisa hidup kok dari main bola. Gabunglah beliau disini.
Di fase ini, bintang-bintang Jawa Timur semodel Bustomi, Benny Wahyudi, Waluyo, Juan Revi udah terkenal disana. Hariono belum. Akhirnya datanglah seleksi Deltras senior dangan pelatih kepala Jaya Hartono. Hariono 'dititipin' dan disuruh ikut seleksi. Jaya Haryono tegas-tegas menolak dia. Alasannya: ''Nih anak tidak bisa main bola. Main sradak sruduk tidak jelas''. Jaya pengen Hariono dicoret. Tidak masuk skema. Tapi ini orang yang nitipin (namanya lupa) tetep kekeuh. Dia bilang, "gelandang bertahan emang harus sradak sruduk". Dia maksa Hariono dimasukin. Pas Jaya Hartono umroh, dia menyuruh Hariono tetep ikutan seleksi. Walaupun tau Jaya sebenernya sudah tidak mau pakai jasa nya Hariono.
Singkat cerita, entah gimana caranya, Hariono akhirnya masuk tim Deltras dan dia digaji 1,7 juta saja. Buat perbandingan, gaji Jose Sebastian, Claudio Pronetto sama Hilton saat itu sebulannya diatas 15 Juta. Bakatnya ternyata mulai ketahuan disini. Jaya Hartono akhirnya tahu dia bisa main bola. Tapi Jawa Timur belum tau banyak tentang anak ini.
Fase baru Hariono dimulai saat Jaya pindah ke Persib. Jaya bawa gerbong Deltras. Hilton, Ronggo, Waluyo dan Hariono ikut dibawa ke Bandung. Di Persib kontraknya sampai sekitar 350 Juta. Satu kampung geger. Hariono bisa dapat kontrak segitu banyak. Partai lawan Persija di Siliwangi jadi perkenalan ke Bobotoh. Suwitha ditekuk-tekuk Ponaryo, main butut, diganti Hariono. Disinilah dia dikenal. Hariono tipe pemain yang tidak banyak omong dan cenderung pendiam. Kalo ditanya wartawan jawabannya paling banyak cuma 2 kata, "Iya, hehe, iya". Waktu gabung Timnas dia sampai ngumpet di belakang Bepe saking takutnya diwawancara sama media. Orangnya pemalu. Kalo ditanya dokter tim, dia selalu bilang gapapa, gapapa. Kalo cederanya belum parah-parah amat, dia tidak pernah bilang sakit dan selalu maksa main. Pernah suatu ketika, dokter tim meriksa kaki Hariono, ternyata engkelnya bengkak gede banget. Hariono tidak bilang apa-apa tentang ini. Dokter sampai kaget, Dia absen kalo bener-bener udah cedera atau patah. Kaya waktu tulang lehernya patah dihajar Gustavo Chena di Gresik.
Sayangnya pas Hariono di fase ini, dia harus kehilangan ibunya. Ibunya meninggal pas Hariono bisa sukses dari kemiskinan, Jadi emang perjalanan hidupnya sungguh kelam. Miskin jadi kuli panggul, pas sukses mau balas budi tidak bisa, ibunya keburu meninggal sampai sekarang, dia satu-satunya pemain bintang yang kemana-mana selalu ikut bis pemain. Tidak pernah bawa mobil sendiri. Padahal dia bintang banget hitungannya. Jadi kalo tiba-tiba ketemu dia, dia diam saja dan cuma senyum-senyum, bukannya sombong, beliau emang pemalu. Background hidup mempengaruhinya. Pembelian terbaik selama 4 tahun terakhir.
#Loyal, Mamprang, Wanian, Jago! Pride kang Hariono 24!!!
Sok, jadikan cerita perjalanan hidup ini jadi motivasi hidup kalian!
Taunya emang mas Hariono ini basicnya bukan pemain bola. Usia 15 dia masih jadi kuli angkut barang Indomaret di kampungnya di Surabaya. Konon di kampungnya Hariono tergolong orang susah dan termasuk yang termiskin. Dan umur 15 dia kepaksa jadi kuli panggul buat makan sampai akhirnya disana ada juragan gila bola yang punya SSB. Bikin SSB biar pemuda-pemuda yang suka mabuk dan pengangguran diarahin buat main bola aja.
Nama kampungnya Hariono saya lupa. Tapi semacam Tulehu atau Cikajang gitu. Penghasil bibit-bibit bagus pemain bola. Uston Nawawi juga dari situ. Nah, diajaklah Hariono ini masuk SSB, suruh main bola dengan iming-iming kamu bisa hidup kok dari main bola. Gabunglah beliau disini.
Di fase ini, bintang-bintang Jawa Timur semodel Bustomi, Benny Wahyudi, Waluyo, Juan Revi udah terkenal disana. Hariono belum. Akhirnya datanglah seleksi Deltras senior dangan pelatih kepala Jaya Hartono. Hariono 'dititipin' dan disuruh ikut seleksi. Jaya Haryono tegas-tegas menolak dia. Alasannya: ''Nih anak tidak bisa main bola. Main sradak sruduk tidak jelas''. Jaya pengen Hariono dicoret. Tidak masuk skema. Tapi ini orang yang nitipin (namanya lupa) tetep kekeuh. Dia bilang, "gelandang bertahan emang harus sradak sruduk". Dia maksa Hariono dimasukin. Pas Jaya Hartono umroh, dia menyuruh Hariono tetep ikutan seleksi. Walaupun tau Jaya sebenernya sudah tidak mau pakai jasa nya Hariono.
Singkat cerita, entah gimana caranya, Hariono akhirnya masuk tim Deltras dan dia digaji 1,7 juta saja. Buat perbandingan, gaji Jose Sebastian, Claudio Pronetto sama Hilton saat itu sebulannya diatas 15 Juta. Bakatnya ternyata mulai ketahuan disini. Jaya Hartono akhirnya tahu dia bisa main bola. Tapi Jawa Timur belum tau banyak tentang anak ini.
Fase baru Hariono dimulai saat Jaya pindah ke Persib. Jaya bawa gerbong Deltras. Hilton, Ronggo, Waluyo dan Hariono ikut dibawa ke Bandung. Di Persib kontraknya sampai sekitar 350 Juta. Satu kampung geger. Hariono bisa dapat kontrak segitu banyak. Partai lawan Persija di Siliwangi jadi perkenalan ke Bobotoh. Suwitha ditekuk-tekuk Ponaryo, main butut, diganti Hariono. Disinilah dia dikenal. Hariono tipe pemain yang tidak banyak omong dan cenderung pendiam. Kalo ditanya wartawan jawabannya paling banyak cuma 2 kata, "Iya, hehe, iya". Waktu gabung Timnas dia sampai ngumpet di belakang Bepe saking takutnya diwawancara sama media. Orangnya pemalu. Kalo ditanya dokter tim, dia selalu bilang gapapa, gapapa. Kalo cederanya belum parah-parah amat, dia tidak pernah bilang sakit dan selalu maksa main. Pernah suatu ketika, dokter tim meriksa kaki Hariono, ternyata engkelnya bengkak gede banget. Hariono tidak bilang apa-apa tentang ini. Dokter sampai kaget, Dia absen kalo bener-bener udah cedera atau patah. Kaya waktu tulang lehernya patah dihajar Gustavo Chena di Gresik.
Sayangnya pas Hariono di fase ini, dia harus kehilangan ibunya. Ibunya meninggal pas Hariono bisa sukses dari kemiskinan, Jadi emang perjalanan hidupnya sungguh kelam. Miskin jadi kuli panggul, pas sukses mau balas budi tidak bisa, ibunya keburu meninggal sampai sekarang, dia satu-satunya pemain bintang yang kemana-mana selalu ikut bis pemain. Tidak pernah bawa mobil sendiri. Padahal dia bintang banget hitungannya. Jadi kalo tiba-tiba ketemu dia, dia diam saja dan cuma senyum-senyum, bukannya sombong, beliau emang pemalu. Background hidup mempengaruhinya. Pembelian terbaik selama 4 tahun terakhir.
#Loyal, Mamprang, Wanian, Jago! Pride kang Hariono 24!!!
Sok, jadikan cerita perjalanan hidup ini jadi motivasi hidup kalian!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar